Islam Menghapus Rasisme


Meremehkan, merendahkan dan menghina orang lain hanya karena berbeda suku, warna kulit, negara masih terjadi di tengah-tengah kita, padahal Islam sebagai agama yang mulia telah menghapus dan mengharamkan rasisme tersebut di muka bumi ini.

Dalam agama Islam yang mulia, tolok ukur kemuliaan seorang tidak diukur dari harta,  tahta maupun ras dan warna kulitnya. Namun ukurannya adalah keimanan dan ketaqwaan yg menancap dalam sanubari hamba dan menghiasi dirinya. Tidak boleh membedakan diantara manusia karena ras dan warna kulit semata. 

Allah berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ 

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu". (QS. Al Hujurat: 13)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ 

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).

Dalam Shahih Bukhori dan Muslim,  ketika sahabat yang mulia Abu Dzar Al Ghifari pernah mencela sahabat Bilal karena ibunya yang hitam,  maka Nabi menegurnya seraya mengatakan: "Sesungguhnya pada dirimu ada perangai jahiliyyah".

Saat Fathu Mekkah,  Nabi memerintahkan sahabat Bilal agar naik ke Kabah untuk mengumandangkan lantunan adzan padahal beliau adalah seorang budak. Begitu pula ketika Nabi masuk ke Kabah,  ternyata yang beliau ajak masuk adalah Bilal,  Usamah dan Utsman bin Tholhah sang juru kunci kabah.

Begitulah Islam,  meninggikan derajat seorang hamba dengan iman dan amalnya bukan dengan paras,  harta,  nasab dan warna kulitnya. 

Menarik sekali ucapan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah: "Tidak ada satu ayatpun dalam Al Quran yang memuji atau mencela seseorang karena nasabnya. Namun yg ada adalah memuji keimanan dan ketaatan dan mencela kekufuran dan kefasikan". (Daqoiq Tafsir 2/23)

Sejarah mencatat bahwa beberapa orang yang memiliki nasab dan kedudukan yg keren namun tatkala tidak ada keimanan maka tidak ada artinya seperti Abu Lahab,  Avu Jahal dll.  Sebaliknya walau Bilal,  Salman dan sebagainya bukan orang yang bekedudukan keren, tetapi mereka dimuliakan dg iman mereka. 

لَعَمْرُكَ مَا الإِنْسَانُ إِلاَّ بِدِيْنِهِ       
 فَلاَ تَتْرُكِ التَّقْوَى اتِّكَالاً عَلَى النَّسَبْ
لَقَدْ رَفَعَ الإِسْلاَمُ سَلْمَانَ فَارِسٍ     
وَقَدَ وَضَعَ الشِّرْكُ النَّسِيْبَ أَبَا لَهَبْ

Sungguh, tidaklah manusia mulia kecuali dengan agamanya
Maka janganlah kamu tinggalkan taqwa karena mengandalkan nasab
Islam telah mengangkat Salman dari Persia
Dan syirik telah merendahkan Abu Lahab yang memiliki nasab. (Jamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rojab 2/308-310)

Stop rasisme karena perbedaan ras dan warna kulit,  kita semua sama2 manusia dan hamba Allah.  
Hendaknya kita saling menghormati dan menghargai.  
Jangan saling merendahkan dan membully. 
Jangan biarkan syetan dan bala tentaranya mengadu domba di antara anak negeri. 
Jagalah persatuan dan tegakkan keadilan di bumi pertiwi. 

Namun, jangan juga jadikan slogan "stop rasisme" untuk melegalkan kesalahan dan melanggar aturan.  Siapapun yang bersalah dan melanggar hukum maka dia harus mendapatkan hukum secara adil tanpa memandang kedudukan,  jabatan dan warna kulit. 

Semoga Allah menjaga negeri kita dari segala fitnah dan kerusuhan.

✍ Ust. Abu Ubaidah As Sidawi
Previous
Next Post »
Thanks for your comment