Sudahkah Kita Mengenal Allah?


Jika ada kasus pemerkosaan yang berujung kepada pembunuhan (secara sadis pula), orang yang hatinya masih sehat tentu sangat mengecam perbuatan pelaku dan berharap agar dihukum dengan hukuman yang setimpal walaupun belum tentu kenal dengan korban atau tidak ada hubungan kekerabatan dengannya.

Demikian memang seharusnya ketika ada hak seorang manusia dirampas, kehormatannya dicobak-cabik, hartanya diambil dengan paksa, bahkan nyawanya pun diregang.....
Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah...

Akan tetapi mengapa jika hak Allah yang dilanggar......

Ketika sembelihan bukan diperuntukkan kepada-Nya semata-mata namun dipersembahkan kepada ruh penguasa gunung, lautan, pohon, pabrik, jin penunggu jembatan,....

Ketika do'a tidak lagi dipanjatkan kepada-Nya semata-mata namun dipanjatkan ke wali fulan dan syaikh fulan yang telah meninggal, meminta bukan lagi kepada Allah tapi langsung kepada shaahibul qabr,....

Ketika bersumpah dengan nama Allah berani berdusta, namun jika bersumpah dengan selain Allah tidak ada yang berani berdusta....

Ketika sebuah kesyirikan terjadi dan itu adalah pelanggaran hak asasi terbesar bagi Allah, hanya sedikit di antara kita yang mengecam karena pelaku sudah menginjak-injak hak Allah, berbuat zhalim kepada Allah karena telah memperuntukkan kepada selain Allah sesuatu yang seharusnya khusus untuk Allah.

Kalau hak manusia dilanggar, pelaku pelanggaran dikecam, maka sudah sepantasnya pula kita lebih mengecam pelaku pelanggaran hak-hak Pencipta manusia dan alam semesta.

✍ Ust. Abu Yazid Tengku Muhammad Nurdin, Lc.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment